Awalnya, nenek moyang kita belum mengenal lambang bilangan. Tetapi mereka tetap dapat menghitung binatang ternak yang dimilikinya. Bagaimana cara mereka melakukannya ? Setiap pagi ketika mereka melapaskan ternaknya untuk digembalakan, mereka membuat keratan pada pohon. Satu keratan atau goresan untuk satu hewan ternak. Pada sore harinya ketika membawa kembali hewan ternaknya ke kandang, mereka memperpadankan setiap hewan ternak dengan satu keratan yang terdapat pada pohon tadi. Dengan cara seperti itulah orang zaman dahulu melakukan perhitungan.
Selain dengan menggunakan keratan pada pohon, mereka pun menggunakan alat sederhana lainnya, seperti jari tangan dan anggota tubuh lainnya, batu kerikil, serta simpul-simpul pada tali untuk mencatat bilangan yang mereka gunakan dalam perhitungan. Orang Indian Inka di Amerika Selatan menggunakan simpul-simpuil pada tali sebagai lambang bilangan. Setiap lambang bilangan dilambangkan oleh susunan simpul-simpul yang khusus. Keseluruhan susunan simpul-simpul itu disebut Kuipu.
Seiring dengan waktu dan ditemukannya lambang bilangan, alat hitung mengalami kemajuan. Sekitar 1800 tahun yang lalu ditemukan alat hitung sederhana yang disebut dengan sempoa (abacus). Sempoa tertua didunia saat ini adalah sempoa yang ditemukan di Mesopotamia di Pulau Salamis dan Hiroglif Fir'aun di Mesir. Abacus ini merupakan cikal bakal lahirnya komputer.
Sempoa saat ini masih digunakan dalam perhitungan cepat dalam perdagangan, khususnya oleh para pedagang Cina. Selain itu sempoa juga digunakan oleh para pelajar sekolah dasar dalam pelajaran mental aritmatika. Inti kerja sempoa adalah menaikkan dan menurukan biji-biji sempoanya dengan jari. Setelah ditemukannya sempoa, alat hitung pun berkembang dengan ditemukannya tulang-tulang Napier atau Napier's Bones. Dengan menggunakannya, kita dapat melakukan perhitungan logaritma.

0 komentar:
Posting Komentar